"GALAU", kata ini tengah menjadi tren dan kerap disebut di tengah perbincangan kaum muda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, galau diartikan sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran). Namun seperti yang sudah-sudah, di tengah masyarakat pemaknaan kata berkembang dan bisa saja melenceng jauh dari arti kata sesungguhnya. Seperti halnya galau, kata ini lebih dimaknai untuk menggambarkan perasaan yang sedang gundah dan sedih.
Setiap orang punya cara tersendiri untuk mengatasi rasa galaunya. Ada yang lantas memuaskan diri berbelanja, memanjakan diri di salon dan spa, atau berkeluh kesah melalui jejaring sosial semisal Facebook maupun Twitter. Sebenarnya ada cara mudah sekaligus hemat untuk menyiasati perasaan hati yang sedang tidak baik tersebut, yaitu OLAH RAGA. Mengapa demikian ?
Ketika berolah raga, tubuh mengeluarkan hormon endorfin yang menciptakan rasa senang. Dalam situs resmi Royal College of Psychiatrists, disebutkan bahwa olah raga membantu menjaga tubuh, pikiran, dan jiwa tetap sehat. Berbagai penelitian pun mengukuhkan bahwa olah raga dapat membantu mengatasi masalah depresi, kecemasan, serta menurunkan tingkat stres. Tentu saja untuk mendapatkan seluruh manfaat tersebut secara optimal, olah raga harus dilakukan secara rutin.
Secara bertahap olah raga dapat membantu menciptakan rasa nyaman terhadap diri sendiri, meningkatkan daya konsentrasi, memperbaiki kualitas tidur, menjaga berat badan, serta menjaga kesehatan tulang dan sendi. Di sisi lain, kegiatan olah raga pun dapat menjadi ladang untuk membentuk jejaring sosial. Hal ini dapat kita saksikan dengan menjamurnya tempat kebugaran di sekitar kita. Pusat-pusat kebugaran itu pun terlihat penuh pengunjung. Akan tetapi, alih-alih didasarkan niat untuk menjaga hidup sehat, tidak sedikit yang melakukannya karena sebatas tren dan ajang bersosialisasi lewat nge-gosip. he..he..he...
Menjaga gaya hidup sehat dengan menyeimbangkan waktu istirahat, olah raga, dan pola makan yang baik memang bukan pekerjaan mudah yang bisa diterapkan dengan singkat. Perlu penanaman kesadaran yang tinggi untuk menjadikannya bagian dari gaya hidup. Kalau kita mampu menerapkannya, terutama anak muda, mungkin kata "galau" berangsur-angsur akan hilang dari kamus percakapan harian dan di dunia jejaring sosial.
No comments:
Post a Comment